toeflay.blogspot.com - és més que un blog - lebih dari sekedar blog close

Jumat, 18 Juli 2014

Harapan Cinta


Cinta aku seperti sungai, yang akan terus mengalir untuk selamanya

Jangan pernah cintai aku seperti bintang, yang hanya bersinar dimalam hari

Cintai aku seperti udara, yang akan membuat ku hidup selamanya

Jangan cintai aku seperti bunga, yang hanya mekar saat berganti musim



Tidak akan pernah ada kisah yang abadi
Sama seperti embun di pagi hari

Indah diatas dedaunan tapi hilang karna waktu yang memang sudah selesai

Tugas Kesehatan Mental Psikologi



KESEHATAN MENTAL
“Arogansi pada aparat kepolisian dan militer”








Rizky Permatasari
16512618
2PA07



FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK
2014







Bab I
Latar Belakang


Seragam adalah seperangkat pakaian standart yang dikenakan oleh anggota suatu organisasi sewaktu berpartisipasi dalam aktivitas seseorang tersebut. Seragam modern dikenakan oleh angkatan bersenjata dan organisasi para militer serta polisi, layanan darurat, satpam, dibeberapa negara pejabat negara juga dapat menggunakan seragam, contohnya seragam PNS daan instansi lainnya di Indonesia.
Dalam penggunaannya seragam  memiliki beberapa peran, antaralain :
1.      Sebagai indentitas
Seragam merupakan indentitas orang yang menggunakannya, dalam seragam biasanya juga terdapat emblem ataupun badge yang berisi simbol atau informasi mengenai identitas orang yang mengenakan seragam tersebut. Contoh seorang pria dengan seragam loreng-loreng akan diinterprestasikan sebagai  seorang tentara.
2.      Seragam sebagai simbol persamaan hak dan kewajiban
Seragaam dipercaya sebagai simbol persamaan hak dan kewajiban seseorang yag mengenakannya. Pada aparat TNI misalkan, ketika mereka mengenakan seragam, artinya mereka sedang menyandang statusnya sebagai aparat negara dan berhak melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan prosedur yang benar dan berlaku, berbeda ketika mereka sedang dirumah dengan kaos oblongnya, hak dan kewajibannya sebagai aparat negara untuk sementara lepas dari orang tersebut.
3.      Seragam sebagai kesamaan kepentingan
Simbol juga meiliki makna kebersamaan dan kesamaaan kepentingan bagi orang-orang yang mengenakannya. Dalam, upacara pengangkatan DANYON (Danton Batalyon), seluruh anggota TNI akan diwajibkan mengenakan seragam PDL pada saat upacara mereka bersama-sama menggunkan seragam PDL dalam satu tujuan untuk keseragaman atau kesopanan saat upacara pengangkatan atau penggantian DANYON (Danton Batalyon). 
4.      Seragam sebagai simbol kedisplinan
Seragam merupkan simbol kedisplinan dan kepatuhan. Mengenakan seragam tentunya terdapat tata cara dalam pemakaiannnya.
5.      Seragam sebagai fungsi kepraktisan
Dalam beberapa orang menggunakan seragam untuk kepraktisan dan mudah dikenal, tidak ribet dan tidak mengganggu aktivitas saat menggunakannya sergam tersebut.
Terkadang orang terlalu berpikir bahwa tidak menggunakan seragam akan mengganggu kepetingan administrasi dan kegiatan operasional. Tapi seragam lah yang menjalankan berbagai macam aktivitas tapi manusinya lah yang beraktivitas. Sehari tidak menggunakan dianggap tidak gagah dan tidak menghargai pekerjaan tanpa memandang produktivitas yang telah dihasilkan. Sebuah presepsi yang harus diubah agar tidak memberikan stigma pada seseorang.
Gunakanlah pakaian atau seragam sebagaimana mestinya, gunakanlah tanggungjawab sebagaimana mestinya. Karena nilai seseorang manusia bukan dilihat dari apa yang dikenakan, melainkan dari apa yang telah ia perbuat dan lakukan.







Bab II
Pembahasan
Kasus perilaku ( kekuasaan )


Banyak kasus-kasus yang terjadi di Indonesia terkait dengan penyalahgunaan seragam. Salah satunya adalah aparat penegak hukum dan pelindung NKRI. Tugas utama kepolisian adalah penegak hukum dan tugas utama Tentara adalan pelindung NKRI. Namun, banyak diluar sana kasus-kasus penyalahgunaan seragam yang melibatkan anggota kepolisian dengan anggota TNI AD. Seperti pengalaman  pribadi X.
Pada saat X memiliki kekasih yang berprofesi sebagai anggota TNI AD yang bertugas di Jakarta. Sepanjang perjalanan hubungan X dengan TNI AD itu, datanglah kedalam kehidupan X anggota kepolisian yang bertugas di Jawa Barat. X menjalanin hubungan sebagai kekasih dengan TNI AD dan berteman dengan polisi tersebut, ketahuanlah X bahwa sedang dekat dengan anggota kepolisian.
Anggota TNI AD itu marah dan tidak suka apabila X didekati oleh polisi tersebut. Datanglah TNI AD (kekasih) kerumah dan meminta tolong kepada orangtua X supaya tidak dekat lagi dengan polisi (teman) itu. Ayah X yang berprofesi sebagai anggota kepolisian juga, tidak mau ikut campur dalam masalah ini.
Pada suatu ketika TNI AD (kekasih) X itu diam-diam menghubungi polisi (teman) X. Entah apa yang dilakukan TNI AD (kekasih) X.
Pada keesokan harinya X dijemput oleh TNI AD (kekasih) X yang masih menggunakan seragam lengkapnya dan membawa beberapa teman kompi nya. X berfikir mereka mau main kerumah X, ternyata tidak. X, TNI AD (kekasih), beberapa teman kompi nya mendatangi ke kesatuan polisi (teman) X itu
X sudah melarang TNI AD (kekasih) dan beberapa teman kompi nya untuk tidak membuat keonaran pada saat itu, tapi larangan X tidak didengarnya. Setelah TNI AD (kekasih) dan polisi (teman) X bertemu, terjadilah adu mulut dan adu fisik yang akhirnya dipisahkan oleh teman-teman TNI AD (kekasih) dan teman polisi (teman) X itu. Dari kejadian itu mereka mendapat hukum dan penundaan pangkat selama satu tahun. Hanya karna masalah kecil yang bisa diselesikan dengan pembicaraan, malah menghancurkan masa depannya mereka sendiri.
Maka dari itu berfikirlah dengan matang dan bertindaklah dengan dewasa, sebelum melakukan suatu tindakan/perbuatan. Tindakan/perbuatan yang tidak difikir dengan baik akan merusak segalanya terutama masa depanMU.







Bab III
Pembahasan Teori


Emosi dan perasaan adalah dua konsep yang berbeda, tetapi perbedaan keduanya tiak dapat dinyatakan secara tegas. Emosi dan perasaan merupakan gejala emosional yang secara kualitatif berkelanjutan tetapi tidak jelas batasnya.Emosi itu sendiri merupakan suatu bagian yang ada didalam manusia dan membuat manusia bisa merasakan kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa tentang pengalaman hidup pribadinya atau bisa juga pengalaman hidup dari orang lain. Misalkan rasa kesal karena orang yang sangat kita cintai telah dekat dengan pria lain.
Emosi dapat diekspresikan dalam bentuk :
1.     Ekspresif
Segala yang dirasakan oleh manusia dikeluarkan atau disampaikan kepada orang lain akan berkecendrungannya memiliki pola ekspresinya kurang dapat dikontrol dengan
baik. Misalnya seorang kekasih sangat kesal kepada pasangannya maka diekspresikan dengn perilaku ma
rah-marah atau menyalahkan orang lain
2.     Menahan atau terkontrol
Emosi dapat diekspresikan secara pantas atau tidak berlebihan. Dapat dikontrol dengan memperhatikan situasi atau keadaan dari lingkungan yang sedang dihadapi.
3.     Memendam
Emosi bukan dikontrol tetapi kedalam diri supaya tidak nyata dan tidak terlihat oleh orang lain. Biasanya ditunjukkan dengan ekspresi yang datar dalam menanggapi situasi atau keadaan lingkungan.
Menurut teori Greenberg dan Paivio (dalam K.T Strongman)
Sebuah analisis Terepeutik penyebab gangguan emosi, ada 5 sumber disfungsi dari gangguan emosi, ialah :
1.      Stres muncul dari ketidakmampuan untuk melakukan perubahan dalam hubungan dengan lingkungannya yang berasal dari kecendrungan tindakan emosi.
2.      Disorientasi atau ketidaksesuaian berasal dari pengindaran.
3.      Coping yang buruk didapatkan dari kesulitan dalam mengatur intensitan emosional.
4.      Gangguan stres paska trauma berasal dari trauma emosional.
5.      Respon emosional yang maladaptif mengikuti konstruksi disfungsional dari emosional.
Menurut Maslow mengenai teori perkembangan emosional
Perkembangan emosi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan individu dalam kehidupan. Dalam teori Maslow terdapat kebutuhan memiliki cinta adalah hubungan yang hangat dengan oranglain seperti keluarga, teman, pasangan dan anak. Ia menyebutkan bahwa kurangnya perasaan dekat dengan orang lain membuat kita tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik dan akhirnya mengalami gangguan.
Menurut Eric H. Erikson mengenai teori perkembangan emosional
Didalam teori psikososial Erikson disebutkan bahwa tahap perkembangan individu selama siklus hidupnya, dibentuk oleh pengaruh sosial yang berinteraksi dengan individu yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Secara umum inti dari teorinya adalah :
1.      Perkembangan emosional sejajar dengan pertumbuhan fisik
2.      Adanya interaksi antara prtumbuhan fisik dan perkembangan psikologis
Dalam kasus diatas terjadi perkelahian karna adanya motif dan dorongan. Motif itu sendiri adalah pola dasar yang membentuk perilaku manusia dan dapat membuat motivasi memiliki wujud yang semakin jelas ketika manusia menjalankan suatu tindakan untuk mencapai tujuan.
Muncul nya motivasi karrna didukung ada nya dorongan, dorongan itu ialah kekuatan psikis yang berfungsi untuk mengarahkan perilaku manusia agar lebih fokus dalam mencapai tujuan dan kekuatan dari dalam yang dapat menfasilitasi motivasi manusia sehingga menjadi lebih mudah dalam mencapai suatu target atau tujuan.
Suatu tindakan yang dilakukan TNI AD kepada Polisi tersebut akan ada yang nama nya Punishmen. Punishmen lebih bersifat memberikan efek untuk dihindari sehingga hukuman sering dijadikan sebagai penguat (reinforcement) agar perilaku yang tidak baik, tidak dilakukan kembali.
Persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki (yang disimpan didalam ingatan) untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterprestasi stimulus (rangsangan) yang dierima oleh alat indera seperti mata, telinga, dan hidung. (Matlin, 1989;Solso, 1980)
Seseorang yang memahami bagaimana ia melihat suatu objek, proses pemahaman atau pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus yang didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak.
Dari segi psikologi dikatakn bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cari dia memandang. Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama berikut :
1.      Seleksi, proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit
2.      Interprestasi, proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Dipengaruhi  oleh berbagai faktor seperti, pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian dan kecerdasan
3.      Interprestasi dan Persepsi, kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi (Depdikbud, 1985), dalam Soelaerman, 1987). Jadi, proses persepsi merupakan seleksi, interprestasi  terhadap informasi yang sampai.
Ada faktor-fakto r yang mengakibatkan persepsi, yaitu faktor dari dalam dan luar :
1.      Faktor dalam adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu si pengamat, yaitu kesediaan dan harapan. (Dirgagunasra, 1996:107)
2.      Faktor luar adalah faktor-faktor yang terdapat pada objek yang diamati itu sendiri (intensitas atau ukuran, kontras, dan gerakan). ((Dirgagunasra, 1996:107)
Dan ada pula faktor psikologis lain yang juga penting dalam persepsi adalah : emosi, impresi dan konteks. Pengertian dari ketiganya yaitu :
1.      Emosi, mempengaruhi seseorang dalam menerima dan mengolah informasi pada suatu saat, karena sebagai energi dan perhatiannya adalah emosi
2.      Impresi, stimulus yang menonjol akan lebih dahulu mempengaruhi persepsi seseorang. Gambar yang besar, warna yang kontras akan lebih menarik seseorang untuk memperhatikan dan menjadi fokus dari persepsi agar lebih mudah dikenal
3.      Konteks, konteks bisa secara sosial, budaya atau lingkungan fisik yang memberikan ground yang sangat menentukan bagaimana figure dipandang. Fokus pada figure yang sama, tetapi dalam ground yang berbeda, mungkin akan memberikan makna yang berbeda.







Analisa Kasus


Pada dasarnya aparat kepolisian dan TNI AD memiliki hak dan kewajibannya masing-masing dalam menjalankan tugas. Walaupun mereka sama-sama mempunyai tugas yang sama yaitu melindungi masyarakat, ada hal yang membuat keduanya menimbulkan arogansi yaitu seragam yang berbeda. Seragam itu sendiri adalam simbol dari kedisiplinan dan kepatuhan yang menjadikan seragam itu sendiri menjadi idenitas untuk keduanya.
Seragam yang berbeda itu mengidentifikasi seorang polisi yang menjaga dan melindungi yang ada didalam negara Indonesia, sedangkan TNI AD menjaga dan melindungi yang ada didalam NKRI. Maka dari itu peneliti menarik kesimpulan bahwa TNI AD lebih berani mengambil tindakan dan menimbulkan arogansi karna dibenak TNI AD, merekalah yang memiliki kekuasaan yang lebih luas dibandingkan anggota kepolisian.
Dari kasus diatas, anggota kepolisian dan TNI AD memiliki emmosi dan perasaan yang secara kualitatif berkelanjutan tetapi tidak jelas batasnya. Emosi dapat diekspresikan dalam bentuk (ekspresif, menahan atau terkontrol dan memendam). Emosi yang di munculkan oleh anggota TNI AD masuk kedalam dua bentuk emosi tersebut, yang pertama (ekspresif) anggota TNI AD menimbulkan emosi yang dikeluarkan atau disampaikan kepada anggota kepolisian tidak dapat dikontrol dengan baik yang mengakibatkan arogansi, yang kedua (memendam) anggota TNI AD menyimpan dendam didalam hati supaya tidak nyata dalam situasi atau keadaan lingkungan maka dari itu TNI AD tidak memarahi kekasihnya dan mencari tahu sendiri tentang anggota kepolisian yang sedang menjalin hubungan dengan kekasihnya tetapi TNI AD tersebut memendam rasa emosi nya dan langsung meluapkan emosi nya terhadap anggota kepolisian. Emosi yang dimunculkan oleh anggota kepolisian masuk kedalam satu bentuk emosi tersebut, yaitu (ekspresif) anggota kepolisian masuk kedalam bentuk ini karna anggota kepolisian tersebut juga tidak dapat mengontrol dengan baik rasa  yang ditimbul didalam dirinya kepada anggota TNI AD. Emosi yang dimunculkan oleh rekan-rekan anggota kepolisian dan TNI AD masuk kedalam satu bentuk emosi tersebut, yaitu (menahan atau terkontrol) rekan-rekan dari kedua pihak dapat mengontrol emosi nya dalam situasi atau keadaan lingkunngan yang sedang memanas, apabila rekan-rekan dari kedua nya tidak dapat menahan emosi terjadilah arogansi yang hebat dari kedua pihak (anggota kepolisian dan TNI AD).
Menurut teori Greenberg dan Paivio tersebut terdapat lima sumber disfungsi dari gangguan emosi (stres, disrietasi, coping, gangguan stres, respon emosional). Gangguan emosi yang timbul pada anggota TNI AD masuk kedalam lima sumber dari gangguan emosi, yang pertama (stres) TNI AD kecendrungan dalam hubungan dengan lingkungannya yang mendesak berasal dari kecendrungan emosi, yang kedua (disrietasi) TNI AD melakukan arogansi yang berasal dari pengindraan mata nya melihat kekasihnya mempunyai hubungan dengan anggota kepolisian melalui ponsel seluler, yang ketiga (coping) TNI AD mempuyai kesulitan mengatur intensitas atau ukuran emosional nya maka dari itu TNI AD memancing arogansi terhadap anggota kepolisian, yang keempat (gangguan stres) ada atau tidaknya stres paska trauma berasal dari trauma emosionalnya, dan yang kelima (respon emosional) respon emosional yang timbul oleh TNI  AD mengkibatkn arogansi yang melibatkan banyak pihak. Gangguan emosi yang timbul pada anggota kepolisian masuk kedalam tiga sumber dari gangguan emosi, yang pertama (coping) anggota kepolisian mempunyai coping yang buruk juga yang didapatkan dari adanya kesulitan mengatur ukuran emosional karna ada nya rangsangan yang diakibatkan  arogansi TNI AD,  yang kedua (gangguan stres) ada atau tidaknya paska trauma berasal dari trauma emosional, yang ketiga (respon emosional) anggota kepolisian merespon emosional yang ditimbulkan TNI AD terhadap dirinya.
Menurut Maslow, perkembangan emosi yang turut menentukan individu dalam kehidupan dan karna ketidak dekatannya dengan lawannya yang mengakibatkan gangguan emosi. Karena TNI AD tidak mengenali  terlebih dahulu anggota kepolisiann tersebut maka dari itu timbul gangguan emosi dan menimbulkan arogansi.
Menurut Eric H. Erikson, tahap perkembangan individu selama hidupnya dibentuk oleh pengaruh sosial yang berinteraksi dengan individu yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Karna adanya perkembangan hidupnya mungkin dibentuk oleh situasi pada saat pelatihan-pelatihan yang keras dan tegas yang membentuk kedua anggota tersebut menjadi matang fisik dan psikologis.
Arogansi timbul karna ada nya motivasi dan dorogan, motivasi itu sendiri adalah pola dasar yang membentuk perilaku manusia yang semakin jelas ketika manusia menjalankan tindaka untuk mencapai tujuan dan motivasi itu timbul karna adanya dorongan, dorogan itu sendiri adalah yang mengarahkan perilaku manusia agar lebih fokus dalam mencapai tujuan sehingga menjadi lebih mudah dalam mencapai tujuan tersebut.
Dari perbuatan anggota kepolisian dan TNI AD tersebut mereka berdua mendapatkan punishmen penundaan pangkat, punishmen itu sendiri adalah hukuman yang sering dijadikan penguat agar perilaku yang tidak baik dan supaya kedua pihak tidak melakukan perbuatan yang sama.
Persepsi adalah informasi yang disimpan didalam ingatan untuk memperoleh stimulus yang diteima oleh alat indera seperti (mata, telinga dan hidung), stimulus yang diterima dan diproses lanjut oleh otak untuk menimbulkan persepsi. TNI AD mempunyai persepsi yang diterima oleh indera nya seperti (mata)  TNI AD melihat bbm dan sms dari ponsel seluler kekasihnya yang sedang ada hubungan dengan anggota kepolisian, (telinga) kemungkinan ada faktor lainn yang didengar oleh TNI AD yang menyebabkan emosional TNI AD meningkat, dan (hidung) TNI AD sudah mencium hubungan kekasihnya dengan anggota kepolisian itu.
Didalam teori persepsi terdapat 3 komponen yang dilihat dari segi psikologi tingkah laku seseorang, bagaimana cara dia memandang dalam proses persepsi. Pertama, seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya mempunyai kapasitas rangsangan sedikit atau banyak, maksud nya anggota TNI AD mendapat rangsangan dari luar yang menimbulkan arogansi yaitu TNI AD melihat bbm,sms sang kekasihnya dengan aggota kepolisian dan kemungkinan ada nya hasutan dari rekan-rekannya yang membuat TNI AD berani untuk bertidak. Kedua, interprestasi adalah proses informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang, faktor-faktor nya masalalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian dan kecedasan, maksudnya informasi yang diterima oleh TNI AD mengenai hubungan kekasihnya dengan anggota kepolisian mempunyai arti bahwa anggota kepolisian ini ingin mendekati kekasihnya lebih dari sekedar teman, TNI AD mengartikan demikian kemungkinan masalalu nya, sistem nilai yangdianut, motivasi, atau mungkin kepribadian dan kecerdasan yang tidak baik. Ketiga,  interprestasi dan persepsi adalah tingkah laku sebagai reaksi jadi, proses persepsi merupakan seleksi dan interprestasi terhadap informasi yang diterima, maksudnya informasi yang di terima oleh TNI AD mengenai hubungannya kekasih nya dengan anggota kepolisian menimbulkan tingkah laku atau arogansi sebagai reaksi nya.
Faktor psikologis yang lain dalam persepsi (emosi, impresi dan konteks), pertama emosi adalah yang mempengaruhi seseorang dalam menerima dan mengolah informasi pada suatu saat, karena sebagai energi dan perhatiannya adalah emosi, maksudnya TNI AD emosi karna ada nya informasi yang diterima mengenai hubungan kekasihnya dengan anggota kepolisian, kedua impresi adalah stimulus yang menonjol akan lebih dahulu mempengaruhi persepsi seseorang, seperti gambar yang besar, warna yang kotras agar lebih mudah dikenali, maksudnya seragam anggota kepolisian yang kontras dan mudah dikenali memudahkan TNI AD menemukannya karna seragam yang kontras menimbulkan stimulus TNI AD mempersepsikan anggota kepolisian, ketiga konteks adalah fisik yang memberikan dasar didalam sangat menetukan dasar diluar, keadaan diluar dengan dasar didalam yang berbeda akan memberikan makna yang berbeda juga, maksudnya fisik yang kuat terhadap kedua pihak didalam dirinya akan menetukan dasar sifat yang ditimbulkan dari masing-masing pihak.
Dari semua yang terpenting kita mengetahui penyebab yang mengakibatkan persepsi itu sendiri (faktor dari luar dan faktor dari dalam). Faktor dari luar adalah faktor yang  terdapat pada objek yang diamati itu sendiri (intesitas atau ukuran, kontras dan gerakan) maksudnya, kemungkinan adanya faktor dari rekan-rekan TNI AD yang menimbulkan persepsi tentang hubungan kekasihnya, maka dari itu berani bertindak arogansi dikarenakan adanya dukungan dari luar yaitu rekan-rekannya. Faktor dari dalam adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu si pengamat, yaitu (kesediaan dan harapan) maksudnya, TNI AD memiliki kesediaan untuk menemui anggota kepolisian dan harapan kekesalannya dan emosinya terlaupkan kepada anggota kepolisian dan menimbulkan arogansi.







PENUTUP


a.       Kesimpulan
Arogansi itu timbul karna ada nya emosi yang tidak terkontrol, dendam yang tidak terkotrol dan perasaan yang tidak stabil. Timbulnya arogansi itu karna adanya emosi dari dalam dan luar diri seseorang. Akibat yang akan didapat karna seseorang tidak dapat mengontrol dirinya sendiri terhdapat perasaan,dendam yang timbul akan membuat seseorang tersebut mendapatkan punishmen yaitu, hukuman yang sering dijatuhkan kepada seseorang apabila melanggar aturan sehingga seseorang tersebut tidak mengulangi perbuatannya.
Adapun persepsi yang ditimbulkan karna alat penginderaan seperti mata,telinga dan hidung. Semua nya berkaitan dengan timbulnya arogansi, ada nya persepsi yang diterima oleh alat indera, kemudian perasaan yang tidak stabil, dan dendam yang tidak terkontrol mengakibatkan seseorang tidak dapat befikir secara sehat untuk melakukan sesuatu itu yang dapat menimbulkan adanya arogansi

b.      Saran
Saran penulis, untuk kedua anggota kepolisian dan TNI AD berdamailah dalam hal apa pun jangan menyambung-nyambungkan masalah yang sudah selesai dengan masalah yang baru. Bersifatlah sewajarnya, didepan masyarakat.Jangan engkau menjadi jagoan karna seragam yang digunakannya karna itu semua hanyalah titipan sementara dari sang pencipta. Berdamailah selalu pelindung masyarakat dan negara, cerminkanlah seragam mu yang gagah, kuat dan berani kedalam perilaku mu yang baik.







DAFTAR PUSTAKA


andtheem.blogspot.com/2011/07/tips-cara-mengontrol-emosi-pada-diri.html
Riyanti, D.B.P SH.Prabowo (1998) Psikologi Umum 1. Jakarta: Penerbitan Gunadarma
Riyanti,Dwi. Hendro Prabowo (1998) Psikologi Umum 2. Jakarta:Penerbitan Gunadarma 
Sarwono,W. Sarlito. Eko H.Meinarno. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta Timur: PT. Salemba Humanika
Solso, Robert L. Psikologi Kognitif, 2008
Irwanto, dkk., Psikologi Umum, Jakarta : Prenhallindo, 2002
Schiffman, Harvey Richard. Sensation and Perception, New York : John Wiley & Sons, Inc., 1996